Iqra’ dalam Dimensi Ekoteologi, Menag Buka Halaqah Internasional di Wajo

WAJO (Santrindalan.id) – Menteri Agama RI, Prof Nasaruddin Umar resmi membuka Halaqah Internasional di Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025) malam. Forum ini mengangkat tema “Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats.”
Dalam pidatonya, Menag mengurai makna perintah iqra’ dalam Alquran yang menurutnya bukan sekadar aktivitas melafalkan huruf, melainkan juga menghimpun dan menghubungkan pengetahuan. “Yang pertama adalah membaca alam semesta, yang kedua membaca ayat-ayat dalam diri manusia, dan yang ketiga membaca Alquran,” tegasnya.
Ia menjelaskan, manusia adalah himpunan yang paling sempurna, sehingga para sufi seperti Ibnu Arabi menyebut makrokosmos sejati adalah manusia itu sendiri. Karena itu, menurut Menag, pesantren tidak boleh berhenti pada bacaan tekstual semata.
Lebih jauh, Nasaruddin menyinggung empat lapisan iqra’: Alquran, isyarat Alquran, lathaif Alquran, dan haqaiq Alquran. “Jangan kita hanya bangga hafal atau menafsirkan Alquran. Masih ada langit di atas langit, yakni haqaiq Alquran,” katanya.
Mengaitkan dengan tema halaqah, ia menegaskan pentingnya membaca Alquran dalam bingkai ekoteologi. “Mustahil kita mengubah perilaku tanpa mengubah cara berpikir, dan mustahil mengubah cara berpikir tanpa meninjau ulang teologi,” ujarnya.
Menag juga menekankan peran pesantren dalam mengkaji turats dengan pendekatan multidisipliner, mulai dari semantik hingga antropologi, agar pesantren mampu melahirkan solusi keilmuan dan peradaban.
“Alquran itu bukan sekadar informasi, tapi konfirmasi. Membaca Alquran berarti membaca alam, membaca diri, lalu mengkonfirmasikan semuanya dengan wahyu. Itulah tradisi ilmiah pesantren yang harus terus dikembangkan,” pungkasnya. (*)